Arti Peribahasa Urip Mung Mampir Ngombe

Arti Peribahasa Urip Mung Mampir Ngombe

Genyo.id, Peribahasa – Urip Iku Mung Mampir Ngombe – Wong urip iku mung mampir ngombe secara harfiah jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Meskipun ungkapan tersebut mempunyai arti yang sederhana tetapi makna yang terkandung didalamnya sangatlah dalam.

Wong Urip Mung Mampir Ngombe

Untuk dapat memahami makna petuah atau arti peribahasa urip mampir ngombe kita harus memahami kehidupan manusia secara menyeluruh. wong urip iku mung mampir ngombe; menyiratkan bahwa hidup atau kehidupan di dunia ini hanya sementara atau sebentar dan waktunya juga sangat cepat dan singkat.

Kita hidup di dunia ini hanya sebentar. Bila dibandingkan waktu akhirat ternyata waktu hidup didunia hanya sekitar 1,5 jam. seperti Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-hajj : 47 yang artinya.

“(Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu (Allah) adalah seperti Seribu (1000) tahun menurut perhitunganmu.)”

Perbandingan waktu Akhirat dengan waktu Dunia

1 hari akhirat = 1000 tahun, 24 jam akhirat = 1000 tahun, 3 jam akhirat = 125 tahun, dan 1,5 jam akhirat = 62,5 tahun.

Jika umur manusia itu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dilihat dari hitungan langit hanyalah 1,5 jam saja.

Lantas apa yang dapat di lakukan untuk 1,5 jam itu? Tidak lain ialah segera bertobat dan bisa mengisi waktu yang sangat singkat ini dengan sebaik-baiknya. Menghargai waktu, karena waktu berlalu dengan cepat dan jangan menunda-nunda kebaikan atau ibadah kepada Allah.

Arti Peribahasa Urip Mung Mampir Ngombe
Urip Mung Mampir Ngombe

Peribahasa Jawa Wong Urip Iku Mung Mampir Ngombe

Urip mung mampir ngombe, tegese wong urip iku ora selawase, wong urip di ibaratke mung mampir ngombe. mung sedilok utawa singkat.

Dalam budaya Jawa sendiri kehidupan manusia dimulai dari semenjak dalam kandungan ibu, kemudian setelah bayi dilahirkan ke dunia, dan barulah di mulai kehidupan yang sebenarnya di dunia. Kemudian setelah itu kematian, yaitu terpisahnya antar roh dan wadag manusia, lalu di mulailah kehidupannya di alam lain yang belum kita ketahui pasti.

Baca Juga : Arti Filosofi Sawang Sinawang

Pemahaman tentang ketiga kehidupan ini biasa dimanifestasikan sebagai alam purwa, madya, dan wasana. Makna ungkapan “Wong urip iku mung mampir ngombe” mengacu kepada alam madya yakni kehidupan setelah manusia dilahirkan ke dunia atau alam yang saat ini kita jalani.

Mengisi kehidupan yang sesaat, seperti yang kita ketahui manusia terlahir di dunia ini berbekal 4 sifat dasar yang mewarnai di kehidupannya, yang sering di istilahkan dengan Aluamah (Serakah), Supiyah (Keindahan), Amarah (Amarah), dan Mutmainah (Keutamaan)

Empat Sifat Dasar

  1. Amarah: Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah, tentu saja akan selalu merasa ingin menang sendiri dan akan selalu bertengkar atau ribut dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itulah, sabar merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  2. Supiyah: Yaitu Manusia itu pada umumnya suka dengan hal-hal yang bersifat keindahan, misalkan wanita (asmara). Maka dari itu, manusia yang terbenam dalam nafsu asmara atau berahi di ibaratkan bisa membakar dunia.
  3. Aluamah: Manusia itu pada dasarnya mempunyai rasa serakah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak di kendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai ke tujuh turunannya.
  4. Mutmainah: Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun jika melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya seperti memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, tetapi apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.

Nafsu-nafsu tersebut atau empat nafsu tersebut timbulnya dirangsang oleh anasir-anasir yang terdapat di dunia ini dan masuk melewati paningal yaitu (mata), pengucap yaitu (mulut), pangrungu yaitu (telinga) dan pangganda yaitu (hidung).

Empat Anasir Alam

  1. Anasir alam yang masuk melalui mata berwujud nafsu keinginan akibat rangsangan sesuatu yang terlihat oleh mata.
  2. Anasir alam yang masuk melalui mulut berupa kata-kata kotor yang diucapkan oleh mulut.
  3. Anasir alam yang masuk melalui telinga, yaitu ber-wujud suara yang tidak enak untuk didengar oleh telinga dan menyebabkan seseorang menjadi marah, kasar dan gelap mata.
  4. Sedangkan anasir alam yang masuk melalui hidung yaitu berwujud tindakan-tindakan baik, karena hidung tidak mau menerima bau-bau yang tidak enak.

Dengan bekal empat sifat dasar tersebut, manusia diwajibkan menguasai keempat nafsu yang melekat pada dirinya. Dengan demikian manusia harus menguasai ket3 nafsu yang dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang kurang baik, yaitu aluamah, amarah dan sufah, dan juga mengutamakan nafsu yang dapat menimbulkan tindakan-tindakan baik, yaitu mutmainah.

Menguasai di sini di artikan sebagai memelihara mengatur ataupun mengendalikan. Apabila manusia bisa memelihara, mengendalikan nafsu-nafsu diatas, maka akan menjadi manusia teladan dalam arti bisa ditiru oleh orang-orang sekitarnya karena tindakan-tindakan-nya selalu terpuji.

Sebaliknya apabila manusia tidak dapat memelihara mengatur serta mengendalikan keempat nafsu-nafsunya, orang tersebut akan menampilkan tindakan-tindakan yang tidak terpuji, sehingga ia dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, oleh karena itu kehidupan di dunia yang hanya sesaat/sementara ini, yang dalam budaya Jawa di ungkapkan dengan istlah “wong urip iku mung mampir ngombe” haruslah kita sibuikan untuk tindakan-tindakan memelihara, mengatur serta mengendalikan ke-empat nafsu manusia tersebut, sehingga kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sesaat ini di isi dengan tindakan-tindakan yang terpuji, seperti halnya tolong-menolong, mengasihi sesama, berbakti kepada nusa dan bangsa, saling hormat-menghormati, bermusyawarah untuk mencapai mufakat dan lain lain sebagainya.

Tujuan Hidup

Kehidupan di dunia ini dapat di ibaratkan seperti perang antara nafsu baik melawan nafsu yang tidak baik, agar manusia dapat memenangkan perang tersebut manusia harus dapat menempatkan hati nuraninya di atas nafsu. Dengan kata lain, hati nurani manusia haruslah menguasai nafsu. sampai pada saat kematian rohnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Bagaimana agar seseorang dapat menjaga hati nuraninya selalu berada di atas nafsu? Budaya Jawa mengajarkan agar seseorang selalu menjalani laku, seperti berpuasa dan lain-lain, sebagai latihan pengendalian diri sehingga dapat mengendalikan diri apabila timbul rangsangan untuk bertindak yang tidak baik.

Selain itu budaya Jawa juga mengajarkan agar manuasi selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga selalu mendapatkan sisi yang terang dari-Nya yang akan membuat kita dapat berpikir secara jernih dan bersih.

Tujuan hidup manusia adalah selamat di dunia dan juga sampai alam kelanggengan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, manusia dituntut untuk terus-menerus berjuang menegakkan kebenaran.

Dalam kehidupan di dunia yang sesaat ini, manusia harus dapat mengisinya dengan tindakan yang baik. Oleh karena itu budaya Jawa selalu mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara sifatnya. Peringatan tersebut di ungkapkan dalam istilah “wong urip iku mung mampir ngombe”.

Kata-Kata Urip Iku Mung Mampir Ngombe

Berikut ini beberapa kata-kata tentang urip mung mampir ngombe berserta gambar.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B1
Berita Jowo

Urip ning dunyo piro suwene,
Diumpamakno mung mampir ngombe.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B2
Raden Pandaranan

Urip kuwi cuma mampir ngombe,
Ojo dipekso yen ora biso,
Kabeh kuwi wis ono sing ngatur,
Dioyak soyo adoh,
Dipikir soyo bingung,
Digelani soyo rekoso,
Wis kersane Gusti Allah Mawon.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B3
Gramho/@thelittle_thinker

Urip iku mung mampir ngombe,
Mulane, ojo nggodok nek gak atek mangan opo maneh cangkruk suwe.
Hikmahe, urip iku mung sediluk,
Kudu ikhlas nek ancen gak kabeh kebahagiaan ning dunyo iki isok mbuk rasakno.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B4
Facebook/Tentang Hati

Sejatine Urip iku Mung Mampir Ngombe,
Mulo kui koe-koe kabeh ioengo marang Gusti kang maha kuoso.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B5
Home.blog/Serat Budi Luhur

Urip Mung Mampir Ngombe, Itulah filsafat orang jawa.
Bahwa hidup hanyalah suatu pemberhentian (mampir ngombe). Demi melanjutkan perjalanan yang tak mengenal batas ruang dan waktu.

gambar%2Burip%2Bmung%2Bmampir%2Bngombe%2B6
Brainly/Rosselimam20

Aksara jawanya urip iku mung mampir ngombe

Urip Mung Mampir Ngombe MP3

YouTube/Rijal Vertizone

Akhir Kata

Itulah kurang lebihnya tentang Mampir Ngimbe, jika ada salah kata atau dalam penulisan kami mohon maaf. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang selalu ingat akan mati. agar bersemangat dalam melakukan hal kebaikan.

Nerimo Ing Pandum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like